Bisnis kerajinan tangan dimulai dengan berbagai alasan. Ketut Jaya Sugita misalnya memulai WH Bali Handpinted Sandal and Bags karena ingin membantu teman yang kehilangan pekerjaan akibat sepinya pariwisata setelah Bom Bali tahun 2002.

Saat itu ia masih bekerja sebagai pegawai negeri. Dengan modal minim ia membeli sandal dan meminta temannya melukis di sandal tersebut, lalu menawarkannya pada turis dan laku.

Niat baik Ketut Jaya untuk membantu orang lain menemukan jalan terang ketika seorang teman mengenalkannya pada buyer. “Buyer menilai produk saya dan meminta saya membuat sandal dengan material kulit agar bisa dijual di negaranya. Setelah jadi, sandal tersebut diuji laboratorium dan diperiksa apakah luntur jika dipakai. Sandal itu direndam selama dua minggu. Produk saya lolos dari semua tes tersebut. Saya pun mulai menerima order untuk dijual di Amerika,” tutur Ketut Jaya.

Buyer tersebut membimbing Ketut Jaya selama tiga tahun dan mempelajari produk seperti apa yang bisa diterima pasar luar negeri. Salah satu ilmu yang ia dapatkan adalah mempelajari lukisan. “Saya tidak bisa melukis, tapi saya harus tahu apabila ada kesalahan pada lukisan yang dibuat oleh pengrajin saya,” Ujarnya. Ketut lantas memberanikan diri mengikuti lomba desain tingkat nasional dan berhasil menjadi juara satu. Inilah yang membuka jejaringnya ke Kementrian Pariwisata dan Pemerintah Daerah yang mengajaknya untuk ikut pameran ke seluruh nusantara.

“Sebelumnya saya meminta ijin terlebih dulu pada buyer Amerika untuk menjual produk saya ke pihak lain. Ia memberi ijin selama saya membuat gaya berbeda dari yang ia punya. Sampai saat ini saya sudah menjual sandal dan tas lukis hingga ke Australia, Singapura, dan Kanada, namun saat ini harus terhenti sementara akibat pandemi. Sebagai gantinya kami hanya menjual secara online lewat Tokopedia, Bukalapak dan Shopee.” Anda juga bisa melihat katalog tas dan sandal Wh Bali pada akun instagram whbali_.

Pada tim We Love With Love Ketut bercerita akan mewariskan usahanya pada anak semata wayang yang saat ini ikut menggeluti bisnisnya. Ia dan sang anak memiliki impian membantu anak-anak muda di Bali untuk menekuni seni. “Saya ingin memotivasi mereka berkarya, membeli karya mereka dan menjualnya. Saya akan meyakinkan mereka bahwa mereka bisa hidup lebih sejahtera menjadi seniman dan pengrajin ketimbang sebagai pegawai kantoran.”