Seperti Jawa mengenal keris dan Aceh mengenal rencong, Bogor memiliki kujang.
Seperti Jawa mengenal keris dan Aceh mengenal rencong, Bogor memiliki kujang.
Kearifan lokal warisan Kerajaan Sunda ini harus terus dilestarikan dan diceritakan pada generasi muda.
Kujang mulai dibuat pada abad 8 atau 9 bahkan ada yang mengestimasikan sejak zaman Sunda kuno rentang 125M-1125M. Ketika Pajajaran runtuh pada abad ke-16, para pengrajin Kujang juga berhenti membuat senjata ini. Namun Kujang tetap dilestarikan sebagai senjata khas Bogor, bahkan diabadikan sebagai monumen Tugu Kujang. Menurut catatan sejarah yang tertuang dalam Pantun Bogor terdapat 6 jenis Kujang. Mereka adalah:
Selain enam kujang tadi, masih ada lagi Kujang Wayang yang belum ditemukan artinya dari catatan sejarah, tapi banyak ditemukan pada museum dan kolektor. Para ahli meyakini Kujang Wayang berasal dari Cirebon karena dulu Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam melalui media wayang. Meski bukan khas Sunda, tapi melalui musyawarah dan diskusi dan seminar yang digelar pemerintah Jawa Barat tahun 2013, Kujang Wayang masuk dalam jenis kujang.
Kujang yang awalnya tidak berpamor karena dibuat dari bahan sederhana, yaitu besi kini sudah dibuat dengan pamor alias ukiran. Selama 9 tahun berkecimpung membuat kujang, Guru Teupa Wahyu Afandi Suradinata menciptakan 9 macam pamor kujang, dari berbentuk awan hingga tanaman. Di era modern ini ternyata kujang masih memiliki daya tarik tersendiri. Walaupun kini berkurang drastis, permintaan pembuatan pin aksesori kujang masih ada. Pesanan khusus dari pribadi yang ingin dibuatkan kujang sebagai ageman alias pegangan juga terus mengalir. Selayaknyalah kujang terus dilestarikan sebagai kearifan lokal Kota Hujan.
© Copyright 2020 We Love With Love